***** Dzuzant's *****

"Tanpa Berkarya, Sungguh Kita Telah 'Mati'"

Tentang Diri

Posted by dzuzant pada November 16, 2011


Saat ini, aku tidak tahu siapa diriku? Aku melihat diriku seperti melihat bayangan dalam keremangan. Namun, aku tidak mau terus-menerus berada disitu, aku ingin, suatu saat nanti, menyaksikan diriku berdiri di atas panggung keberhasilan. Suatu saat nanti, aku ingin melihat teman-temanku dan orang-orang yang mengejekku berhenti mengejek. Mereka jadi senang bukan malah membenciku. Aku ingin membantu mereka walau “tak seberapa” dengan tenaga, pikiran, atau materi yang aku punya. Walaupun mereka pernah “menyakitiku” aku tak peduli. Mereka melakukan itu (mungkin) karena mereka tidak tahu, lupa atau bahkan mereka saking cintanya terhadapku. Bukankah cinta bisa berbentuk apa saja, termasuk ‘yang menyenangkan’ atau ‘yang menyakitkan’. Bentuk cinta seorang ibu terhadap anak akan berbeda dengan bentuk ungkapan cinta sang kekasih terhadap kita. Ibu selalu memarahi kita. Kita anggap ibu kejam dan benci kepada kita, padahal ibu memarahi kita supaya kita jangan main api. Bukankah ini bentuk kasih sayang seorang ibu kepada anaknya? Kita pikir kekasih kita sangat mencintai kita, karena setiap hari mengucapkan kalimat “I Love You” dan memberikan surprise kepada kita. Padahal dibalik semua kebaikan itu ia berniat jahat, ingin mengeruk kekayaan kita. Apakah itu yang disebut cinta? Bukankah pencuri selalu bersikap baik di hadapan kita?

Pencuri. Pencuri memiliki banyak “topeng” yang telah dia persiapkan untuk kita. Sedangkan orang baik hanya mempunyai satu topeng, yaitu apa yang kita lihat itulah topengnya. Pencuri lebih cerdas dari kita karena dia selalu berpikir disetiap langkahnya. Dia melakukan itu karena takut ketahuan. Prinsipnya, berpikir seribu kali untuk melangkah sekali. Dalam hal ini, aku tidak sepakat dengan pernyataan bahwa ketakutan adalah musuh terbesar dari kebahagiaan. Bagi seorang pencuri, ketakutan adalah awal dari sebuah keselamatan dan kebahagiaan. Tanpa rasa takut dia akan bertindak sembrono. Rasa takut itulah yang menjadikan dirinya selalu berpikir dan berpikir agar mendapat keselamatan.

Tinggalkan komentar