***** Dzuzant's *****

"Tanpa Berkarya, Sungguh Kita Telah 'Mati'"

Archive for the ‘Komunikasi dan Keindonesiaan’ Category

TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Posted by dzuzant pada Mei 16, 2010

Oleh Dedy Susanto

Pengertian

Tele, makna harfiahnya adalah “jauh”. Sedangkan komunikasi adalah kegiatan untuk menyampaikan berita/ informasi. Secara sederhana telekomunikasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknik pengiriman atau penyampaian infomasi, dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan alat atau media elektronik.

Teknologi telekomunikasi menurut Hall (1997) merupakan teknologi berkomunikasi secara jarak jauh, gerak elektronik dan informasi, pemancaran,

pengiriman dari penerima informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, serta suara.[1]

Dalam kaitannya dengan ‘telekomunikasi’ bentuk komunikasi jarak jauh dapat dibedakan atas tiga macam:

  • Komunikasi Satu Arah (Simplex). Dalam komunikasi satu arah (Simplex) pengirim dan penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan (timbal balik) melalui media yang sama. Contoh : Televisi dan Radio atau alat Audiovisual.
  • Komunikasi Dua Arah (Duplex). Dalam komunikasi dua arah (Duplex) pengirim dan penerima informasi dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh : Telepon, Hand Phone (HP) dll.
  • Komunikasi Semi Dua Arah (Half Duplex). Dalam komunikasi semi dua arah (Half Duplex) pengirim dan penerima informasi berkomunikasi secara bergantian namun tetap berkesinambungan. Contoh :Handy Talkie, FAX, dan Chat Room

Ada beberapa komponen dasar yang menjadi pendukung dari telekomunikasi. Komponen-komponen tersebut antara lain:

v     Pengirim yaitu merubah informasi (information) menjadi sinyal listrik yang siap dikirim/disampaikan kepada ‘calon’ penerima informasi.

v     Penerima yaitu menerima sinyal listrik yang dikirim oleh pengirim dan merubah informasi tersebut agar bisa dipahami oleh manusia sesuai dengan apa yang dikirimkan.

v     Informasi (information) merupakan sebuah data yang dikirim dan diterima seperti suara, gambar, file, tulisan dan lain sebagainya.

v     Media Transmisi adalah suatu alat yang berfungsi mengirimkan dari pengirim kepada penerima. Sebab dalam jarak jauh, maka sinyal pengirim diubah lagi / dimodulasi agar dapat terkirim dalam jarak jauh.

Dalam merubah informasi menjadi sinyal listrik yang siap dikirim, ada dua model yang dipakai. Pertama adalah merubah informasi ke sinyal analog dimana sinyal berbentuk gelombang listrik yang kontinue (terus menerus) kemudian dikirim oleh media transmisi.

Kedua adalah sinyal digital, dimana setelah informasi diubah menjadi sinyal analog kemudian diubah lagi menjadi sinyal yang terputus-putus (discrete). Sinyal yang terputus-putus dikodekan dalam sinyal digital yaitu sinyal “0” dan “1”. Dalam pengiriman sinyal melalui media transmisi, sinyal analog akan terkena gangguan, sehingga di sisi penerima sinyal tersebut terdegradasi. Sementara untuk sinyal digital, selama gangguan tidak melebihi batasan yang diterima, sinyal masih diterima dalam kualitas yang sama dengan pengiriman.

Perkembangan Telekomunikasi

Sejak ditemukannya teknologi telephone oleh Graham Bill, eksistensi telekomunikasi semakin berkembang pesat (maju). Telephone merupakan batu loncatan bagi telekomunikasi untuk terus berkembang. Bahkan bisa jadi menjadi suatu sistem tercepat di antara sistem-sistem yang lain. Terutama setelah ditemukannya transistor, Integrated Circuit (IC), sistem prosesor, dan sistem penyimpanan.

Di Indonesia sendiri PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Semakin maju dan melebarkan sayapnya sampai ke luar negeri.  Hal ini bisa kita lihat pada, ketika Telkom megadakan Penawaran Umum Perdana saham Telkom pada tanggal 14 November 1995. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), Bursa Saham New York (NYSE) dan Bursa Saham London (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan di Bursa Saham Tokyo. Baca entri selengkapnya »

Posted in Komunikasi dan Keindonesiaan | Dengan kaitkata: , | 1 Comment »

MENGGUGAT KEKERASAN DI DUNIA MAYA

Posted by dzuzant pada Mei 15, 2010

Oleh Dedy Susanto

Istilah pacaran dan seks bukan hal yang tabu (asing) lagi di tanah air. Kedua istilah tersebut sangat populer dalam kehidupan kaum remaja saat ini. Bahkan, kehidupan remaja selalu diidentik dengan pacaran atau pergaulan bebas. Dilihat dari aspek psikologis, masa remaja merupakan masa-masa transisi yang sangat rawan dan labil. Sehingga jika tidak berhati-hati akan mudah terjerumus pada hal-hal yang dilarang dan merugikan dirinya dan orang lain. Di kota metropolitan, orang yang tidak berpacaran dianggap sebagai orang yang tidak mengikuti trend, alias tidak gaul atau tidak mengikuti zaman. Hal ini tak lepas dari peran teknologi audiovisual, salah satunya adalah televisi (TV) yang semakin mem-booming dewasa ini dengan tayangan-tayangannya yang sangat vulgar (tidak edukatif).

Televisi sebagai media audiovisual yang memiliki kelebihan dibanding media-media informasi lainnya. Secara umum orang mampu mengingat 50%-85% dari apa yang mereka lihat dan dengar di TV. Namun sayang, program yang ditayangkan hampir semuanya jauh dari nilai-nilai ajaran Islam. Program yang tidak edukatif seperti percintaan remaja, free sex, pemerkosaan, pergaulan bebas, hedonisme, atau tindak kriminalitas lainnya seperti mutilasi, pembunuhan, dan lain sebagainya semakin menjamur di TV kita. Dan semua itu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan kaum remaja maupun orang dewasa. Maraknya tawuran antar pelajar, pacaran, pelecehan seksual, pakaian ketat dan minim adalah fakta yang tak terbantahkan lagi dewasa ini. (Abu Said Al-Khudri:2005)

Dalam sebuah penelitian di New York terhadap 700 orang selama 17 tahun membuktikan bahwa menonton TV lebih dari satu jam perhatiannya cenderung menjadi anak yang melakukan tindakan-tindakan kriminalitas pada usia dewasanya. Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan bahwa kekerasan termasuk perkelahian dan perampokan bertambah jika anak tersebut menonton TV lebih dari tiga jam perhatiannya. Hal ini diperkuat dalam penelitian Leonard Eron dan Rowell Huesman bahwa tontonan kekerasan yang dinikmati pada usia 8 tahun akan mendorong  tindak kriminalitas pada usia 30 tahun. Baca entri selengkapnya »

Posted in Komunikasi dan Keindonesiaan | Dengan kaitkata: , , , | Leave a Comment »