***** Dzuzant's *****

"Tanpa Berkarya, Sungguh Kita Telah 'Mati'"

Archive for the ‘Cerpen’ Category

SURTINI

Posted by dzuzant pada November 16, 2011

 

“Tidak seharusnya kau lakukan itu, Surtini!” Kata seorang ibu kepada anak semata wayangnya.

“Kenapa tidak, bu.” Kilah Surtini. “Aku sudah dewasa, Surtini tau mana yang terbaik untuk Surtini,” Surtini memalingkan wajahnya dari sang ibu. “Lebih baik ibu ga usah ikut campur urusanku…”.

Sang ibu tak dapat berkata-kata lagi, semua alasan dibantah dengan mudah oleh Surtini. Anak sekarang benar-benar berbeda dengan anak-anak zaman dulu. Anak-anak sekarang lebih pintar, cerdas hingga akal sehatnya tak sempat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tepatnya, anak sekarang cerdas memanipulasi kebenaran. Sang ibu teringat masa kecilnya, dimana anak-anak patuh dan tak banyak menuntut kepada orang tuanya. Baca entri selengkapnya »

Posted in Cerpen | Dengan kaitkata: , , | Leave a Comment »

GARA-GARA SANDAL KIAI

Posted by dzuzant pada Mei 27, 2010

Oleh Dedy Susanto

Suatu ketika di salah satu pesantren di Madura terjadi suatu kejadian yang menggemparkan masyarakat pesantren. Kejadian itu bermula, ketika waktu subuh tiba, para santri segera bangun sebagian ada yang langsung ngeluyur ke kamar mandi sebagiannya lagi enjoy di kamar ada juga yang melanjutkan mimpinya yang terputus karena diguyur air yang cipratkan pengurus ponpes (pondok pesantren) ke mukanya.

Tak seperti biasanya, pagi itu sang kiyai mengontrol para santri ke kamarnya masing-masing, sebelum naik ke pelataran masjid untuk mengimami shalat subuh berjemaah.

Para santri yang masih di dalam kamar kebingungan. Otaknya diputer-puter mencari akal supaya bisa selamat dari pantauan sang kiyai. Salah satu santri nyeletuk, “Waduh gimana nih, pak kiyai gak bilang-bilang sih mau kesini, aku kan gak ada persiapan?”

“Emangnya kita mau tempur, pake ada persiapan segala?” jawab santri yang ada di sebelahnya.

“ha..ha..ha.” keduanya tertawa terbahak-bahak.

Sang kiyai sudah di depan pintu kamar santri. Satu persatu tiap kamar dimasuki oleh sang kiyai. Mengontrol santri yang masih asyik berkencan dengan sang putri salju dalam mimpinya. Sebagian santri berhasil lolos dari pantauan sang kiyai dan langsung kabur ke kamar mandi.

Tibalah pada giliran salah satu kamar yang terkenal penghuninya dengan kenakalannya di dalam dan di luar ponpes tersebut. Benar dugaan kiyai. Dua tubuh manusia malang melintang di dalam kamar tersebut. Air liurnya meleleh melewati celah-celah rambutnya kemudian menyerap ke dalam bantal.

Melihat mereka berdua sang kiyai langsung mengambil sorbannya dan memukulkannya ke tubuh mereka. Para santri tersebut terkejut setengah mati setelah melihat sang kiyai di depannya. Mereka segera mengambil baju koko dan pecinya kemudian langsung kabur ke luar menuju masjid.

Sang kiyai pun keluar kamar hendak menuju masjid. Tiba-tiba sang kiyai kebingungan seperti mencari-cari sesuatu. Para santri yang ada di masjid pun kebingungan. Ada apa  gerangan? Pusingkah? Atau apa? Salah satu santri memberanikan diri menghampiri beliau dan menanyakan apa yang sedang terjadi. Ternyata sandal sang kiyai hilang. Semua santri mencarinya di sekitar masjid. Mereka pun mendapatkan sandal sang kiyai. sang kiyai marah dan langsung putar haluan menuju dalem (tempat tinggal sang kiyai). Setelah dilacak, ternyata sandal sang kiyai dipakai oleh dua santri yang dibangunkan sang kiyai tadi tanpa sengaja.

Posted in Cerpen | Dengan kaitkata: , | Leave a Comment »